Mengenal sosok dr. Oen Boen Ing

LATAR BELAKANG

dr. Oen Boen Ing

Oen Boen Ing dilahirkan dalam sebuah keluarga pedagang tembakau yang kaya raya, cucu seorang sinshe Tionghoa yang juga suka menolong banyak orang.

Karena pengaruh kakeknya itulah, ia kemudian dikenal sebagai dokter yang banyak membantu pasiennya, khususnya mereka yang tidak mampu membayar biaya dan ongkos membeli obat-obatan.

Sejak lulus sekolah menengah, Boen Ing sudah ingin mempelajari ilmu kedokteran Barat dan menjadi dokter. Namun, keinginannya ditentang keras keluarganya yang tidak ingin ia menjadi kaya dari penderitaan orang yang sakit.

Meskipun demikian, ia tetap bertekad mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dokter dan mendaftarkan diri di School tot Opleiding van InlandscheArsten (STOVIA) di Batavia. Oen Boen Ing lulus pada tahun 1932.

MULAI MENGABDI

Nama Oen Boen Ing tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Rumah Sakit Panti Kosala yang dimulai sebagai sebuah poliklinik kecil yang bernama Tsi Sheng Yuan atau Jisheng Yuan pada 29 Januari 1933, di sebuah paviliun sederhana di Jl. Mesen 106, Solo.

Nama poliklinik itu berarti Lembaga Penolong Kehidupan. Poliklinik ini didirikan oleh delapan orang pemuda Tionghoa yang tergabung dalam Hua Chiao Tsing Nien Hui (disingkat HCTNH), yang artinya Perhimpunan Pemuda Tionghoa.

Mereka itu adalah Jap Kioe Ong,Tan Kiong Djien, The Tjhioe Tik, Sie Ngo Siang, Sie Boen Tik, Gan Kok Sien, Tan Tiauw An, dan Jap Tiang Liem.

Pada tahun 1935 Dr. Oen Boen Ing mulai terlibat dalam pelayanan klinik tersebut dan kemudian menjadi pemprakarsa berdirinya Yayasan Kesehatan Tsi Sheng Yuan, yang kemudian membentuk RS Panti Kosala. Hal ini terjadi sekitar tahun 1951, ketika Poliklinik Tsi Sheng Yuan dilepaskan dari HCTNH. Dr. Oen Boen Ing menganjurkan agar Tsi Sheng Yuan menjadi sebuah yayasan untuk menampung kegiatan poliklinik.

Rumah sakit yang didirikan oleh Yayasan Tsi Sheng Yuan ini biasa disebut sebagai Rumah Sakit Kandang Sapi, karena pada 1954 rumah sakit ini dipindahkan kedaerah Kandang Sapi / Mojosongo (sampai sekarang) dan menjadi rumah sakit lengkap. Pada masa Orde Baru, nama rumah sakit ini diubah menjadi RS Panti Kosala.

IKUT BERJUANG

Sampai tahun 1942, poliklinik Tsi Sheng Yuan banyak membantu Chineesche Burger Organisatie (CBO) dan semasa pendudukan Jepang dikelola oleh Kakyo Sokai (Gabungan Organisasi-organisasi Tionghoa). Ketika perang kemerdekaan datang, poliklinik berubah fungsi menjadi rumah sakit darurat, menampung para pejuang dan pengungsi.

Menurut kesaksian Soelarso, Ketua Paguyuban Rumpun Eks Tentara Pelajar Detasemen II Brigade XVII, “…tanpa menghiraukan tembakan Belanda, Dr Oen keluar masuk wilayah TNI untuk mengobati para prajurit…”

 

ANGKA TIGA PUNYA MAKNA PENTING

Sebagai dokter, Oen Boen Ing terkenal tidak membeda-bedakan pasiennya, apapun juga kelompok etnis, suku, agama, dan kelas sosialnya. Bahkan pasien dibiarkannya mengisi ataupun tidak mengisi kotak uang yang terletak di ruang praktiknya secara sukarela. “Tugas seorang dokter adalah menolong,” demikian semboyan kehidupan dan pelayanan Dr. Oen.

Selain itu, Dr. Oen selalu membuka praktiknya sejak pk. 3.00 dinihari. Konon ini dihubungkan dengan hari kelahirannya, 3 Maret 1903. “Maka semua karya saya sebaiknya dimulai dengan angka 3,” begitu katanya. Angka tiga memang menjadi ciri kehidupan Dr. Oen Boen Ing.

Nomor telepon di rumahnya 3333. Bangunan pertama di Rumah Sakit Kandang Sapi yang didirikannya, dinamai Triganda, dan diresmikan pada 3 Maret 1963.

Ketika Dr. Oen meninggal dunia pada 1982, rakyat banyak sungguh merasakan kehilangan yang besar. Hal ini tampak dari kehadiran ribuan rakyat kecil kepadanya yang berdiri di tepi jalan untuk memberikan penghormatan mereka yang terakhir kepada orang yang telah berjasa memberikan kehidupan yang lebih sehat kepada mereka di tengah – tengah keberadaan mereka yang serba kekurangan.

 

PENGHARGAAN

Karena jasa-jasanya dan pengabdiannya yang tanpa pamrih kepada masyarakat, Dr. Oen Boen Ing mendapatkan penghargaan Satya Lencana Bhakti Sosial dari pemerintah Republik Indonesia pada 30 Oktober 1979. Ia juga dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Sri Mangkunegoro VIII, dengan nama Kanjeng Raden Toemenggoeng Oen Boen Ing Darmohoesodo.

Pada 24 Januari 1993 Sri Mangkunegoro IX menaikkan gelarnya dari Kanjeng Raden Toemenggoeng menjadi Kanjeng Raden Mas Toemenggoeng Hario Oen Boen Ing Darmohoesodo.